Pengusaha yang berhasil dapat memahami bahwa mengupayakan kesetaraan di tempat kerja memberikan keunggulan kompetitif atas perusahaan dan pengusaha yang melakukan praktik-praktik diskriminatif. Melalui penerapan prinsip-prinsip kesetaraan dan non – diskriminasi,pengusaha mampu menarik dan mempertahankan bakat terbaik, mendukung inovasi yanglebih besar dan menikmati lingkungan kerja yang produktif. Penghapusan diskriminasi dalampekerjaan juga merupakan bagian integral untuk mewujudkan globalisasi yang adil. (Kantor Perburuhan Internasional (ILO))
Mengelola kesetaraan sepertinya menjadi hal yang sulit, secermat apa prinsip2 kesetaraan dilaksanakan belum tentu dirasakan adil. Terlebih kalau kacamata yang digunakan menggunakan paradigma, kamu rakyat, manut saja sama bos! wah susah. Sakjane mudah, tapi sulit diterapkan, ngene.. idealnya pekerja yang mendapat fasilitas lebih tentu kinerjanya yang paling bagus, pulangnya paling sore, datangnya paling pagi. Well, kalau prinsip-prinsip itu saja belum bisa diterapkan, kesetaraan yang tidak seimbang lambat laun akan mempengaruhi kinerja, pasti!
Terkadang sebagai bos pilihannya tidak sederhana juga, sumberdaya yang nanggung bisa menjadi masalah untuk menunjang fasilitas, untuk hal ini ada pitutur jawa yang bisa dilihat sebagai bahan renungan, tijitibeh. Konsepsi yang dicetuskan oleh Pangeran Sambernyawa Tiji Tibeh bisa dimaknai sebagai konsep kebersamaan antara seorang pemimpin dengan rakyat yang dipimpin maupun sesama rakyat. Sebuah konsep yang layak ditiru.
Ajak bicara, ini juga bisa menjadi jalan kalaupun kesejahteraan belum bisa dibagikan rata, jelas bagi rakyat, mengapa belum bisa merata.
Oke… cukup curhatan saya… terimaksih yang sudah kesasar disini.. sukses kagem panjenengan!!!
